Sabtu, 27 Desember 2014

Pro Kontra Pemberhentian Kurikulum 2013

  PRO KONTRA PEMBERHENTIAN KURIKULUM 2013
       

           
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. (wikipedia.com)
Kurikulum di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan dan perbaikan. Yang terbaru adalah perubahan penggunaan kurikulum, dari kurikulum KTSP 2006 ke kurikulum 2013. Namun setelah pergantian kurikulum yang mendadak itu, secara mendadak pula pemerintah memberhentikan penggunaan kurikulum 2013 dan harus kembali ke KTSP 2006. Padahal, kurikulum 2013 sudah setengah jalan digunakan, sudah dikenal, dan sudah diterapkan penggunaanya di seluruh sekolah di Indonesia. Yang paling merasakan dampaknya, tentu saja pendidik maupun peserta didik, mereka kebingungan dan merasa terombang-ambing akibat dari ketidakpastian kurikulum yang mungkin tidak pas menurut mereka. Perubahan ini juga memunculkan Pro dan Kontra. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah memutuskan dan memberhentikan penggunaan Kurikulum 2013, dengan alasan bahwa kurikulum 2013 belum cocok dan siap diterapkan di Indonesia dan akan dievaluasi terlebih dahulu. Keputusan pemberhentian ini dianggap terlalu terburu-buru, sehingga menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat.
            Pro kontra terjadi dikalangan masyarakat, ada pihak yang menyayangkan penghapusan Kurikulum 2013, karena menurut mereka, penerapan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik di sekolah-sekolah akan mampu membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan mampu bereksplorasi, sehingga potensi yang ada pada peserta didik dapat digali dan ditampilkan. Mengenai informasi atau sosialisasi pemberhentian penggunaan kurikulum 2013 ini, dirasakan masih belum menyeluruh dan masih ada sekolah-sekolah yang belum mengetahuinya. Ada pula sekolah yang sudah memesan buku/membeli buku pembelajaran kurikulum 2013 dan sudah menekan kontrak dengan dinas pendidikan atau perusahaan tertentu, sehingga dengan pemberhentian kurikulum 2013 ini tentu saja mengakibatkan kerugian besar bagi sekolah tersebut.
            Ada juga masyarakat yang setuju dengan penghapusan/pemberhentian kurikulum 2013 ini, karena menurut mereka, kembalinya kurikulum ke KTSP 2006 sangat menguntungkan peserta didik. Karena bagi mereka, kurikulum 2013 lebih banyak menggunakan tematik yang pada akhirnya membuat guru kesulitan dalam memberi nilai pada siswa. Penilaian kurikulum 2013 tidak menggunakan angka, akan tetapi menggunakan deskripsi kalimat. Dalam mengisi rapot guru akan membutuhkan waktu yang lama dan kurang efisien tentunya. Pada kurikulum 2013 pun dianggap kurang akurat dalam mengukur pengetahuan siswa. Orangtuapun akan kesulitan untuk membantu putra-putrinya dalam belajar.
Namun pada kenyataannya Indonesia masih dianggap kurang siap untuk menerima kurikulum 2013. Kurikulum 2013 masih dianggap kurang matang dalam pembuatannya dan masih perlu banyak evaluasi. Ketika belum cukup matang kurikulum tersebut justru sudah di terapkan di sekolah-sekolah. Dan sekarang ketika baru setengah jalan kementrian memutuskan untuk menghentikan kurikulum 2013 dan kembali lagi ke KTSP 2006.

AniesBaswedan sedang melakukan blusukan di dua sekolah di Depok, Jawa Barat.

            Namun demikian, pemerintah nyatanya tidak mengharuskan pemberhentian penggunaan kurikulum 2013 di seluruh sekolah di Indonesia. Dari http://news.liputan6.com/read/2147017/6000-sekolah-masih-gunakan-kurikulum-2013 , ada sekitar 6000 sekolah rintisan atau sekitar 3 persen yang masih menerapkan Kurikulum 2013. 6.000 sekolah rintisan ini tidak hanya terletak di Pulau Jawa atau daerah dekat ibukota, tapi juga berada di hampir seluruh nusantara. Sekolah tersebut ada di 258 kabupaten di seluruh Indonesia. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan berpendapat, langkah ini diambil agar nantinya sekolah yang masih menerapkan Kurikulum 2013 dapat menjadi contoh bagi sekolah lain dan juga sebagai bahan evaluasi kurikulum 2013 nantinya.
            Tapi menurut interpretasi saya, langkah ini akan menimbulkan pro dan kontra juga. Dimana sekolah yang masih menggunakan/menerapkan kurikulum 2013 dan yang kembali ke KTSP 2006 akan mengalami perbedaan, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Lulusan sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 akan jauh berbeda dengan yang menggunakan KTSP 2006. Jika pemerintah tidak sigap dan cepat menanggapinya, ini akan menjadi persoalan dalam dunia pendidikan Indonesia. Saat ini pun terjadi kebingungan dikalangan pendidik atau peserta didik dan elemen masyarakat lainnya.

Namun, setiap keputusan pemerintah pasti sudah melalui perencaaan yang baik , akan tetapi pasti akan menuai banyak tanggapan dari masyarakat ada yang pro dan ada yang kontra. Karena setiap pandangan orang akan berbeda-beda, dan semoga saja pemerintah dapat memberikan keputusan yang dapat menyatukan semua perbedaan yang ada. Jika kurikulum 2013 dihentikan benar-benar untuk dievaluasi maka pemerintah harus benar-benar serius untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan. Harus ada sosialisasi yang menyeluruh sehingga rakyat benar-benar paham tentang seperti apa itu kurikulum 2013. Perlu dilakukan pula survai disetiap sekolah untuk mengetahui apakah setiap sekolah benar-benar sudah siap dan mampu menerima kurikulum 2013.

Referensi
[Jum’at, 26 Desember 2014]  

Minggu, 09 November 2014

Proses Akulturasi Budaya Hindu-Buddha dengan Budaya Asli Indonesia

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan agama. Keragaman tersebut menghasilkan budaya yang kaya dan beragam. Masuknya pengaruh hindu-budha abad ke-5 di Indonesia menyebabkan terjadinya akulturasi atau percampuran budaya, antara budaya lokal masyarakat Indonesia dengan budaya/tradisi Hindu-Budha.
Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses pencampuran unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru, dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tesebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja, melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena, masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada (budaya lokal/asli) di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Buddha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara dan berkembang sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing yang sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
 Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha pada awalnya tumbuh dan berkembang di wilayah India. Peradaban tersebut tumbuh di lembah Sungai Indus, yang perkembangannya sudah terjadi sejak kurang lebih 2000 tahun yang lalu.
Pada awalnya kebudayaan Hindu merupakan perpaduan antara bangsa Arya dengan bangsa Dravida. Jauh setelah Hindu berkembang di India kemudian juga muncul agama Budha yang dibawa dan diajarkan oleh Siddharta Gautama.
Dalam perkembangan selanjutnya agama Hindu-Buddha tidak hanya berkembang di India, namun juga ke wilayah Indonesia. Penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia tidak terlepas dari hubungan dagang yang sudah berlangsung lama antara India dengan Indonesia. Kemungkinan hubungan dagang antara India dengan Indonesia sudah terjadi sejak awal abad pertama masehi. Hubungan dagang tersebut terjalin karena didukung oleh letak strategis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan Internasional.
Peta persebaran pengaruh agama Hindu-Buddha di Asia

  Hipotesis para ahli tentang teori masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia
1. Teori Kolonisasi
Hipotesa Ksatria
Majumdar menyatakan bahwa ada petualang India setelah sesampainya di Indonesia membangun koloni. Para kolonis ini kemudian mengadakan hubungan dagang dan mendatangkan para seniman dari India untuk membangun candi-candi di Indonesia.
C.C Berg menyatakan bahwa kebudayaan India itu dibawa oleh orang-orang India yang sesampainya di Indonesia mereka menikah dengan puteri-puteri bangsawan/ pemuka masyarakat Indonesia. Setelah menikah, mereka menjadi raja di Indonesia dan menurunkan dinasti-dinasti
J.L Moens menghubungkan berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di India. Sehingga dia menafsirkan bahwa keluarga/ dinasti raja India yang runtuh itu meninggalkan India untuk pergi ke Indonesia dan mendirikan kerajaan di Indonesia.
- Hipotesa Waisya
N.J korm berpendapat bahwa pengaruh India di Indonesia datang dari bangsa India sendiri yaitu dari kaum pedagang. Dimana selain berdagang mereka melakukan pernikahan dengan penduduk pribumi.
- Hipotesa Brahmana
Menurut J.C van Leur, bila dilihat dari upacara-upacara yang dilakukan maupun bahasa yang dipergunakan di lingkungan keratin merupakan kebudayaan khusus para brahmana. Jadi van Leur menyimpulkan bahwa yang membawa pengaruh India itu adalah kaum brahmana
2. Teori Arus Balik
Menurut F.D.K Bosch, dalam proses akulturasi kebudayaan ini bangsa Indonesia turut berperan aktif. Pada mulanya, orang-orang dari India yang membawa agama Hindu dan Buddha yaitu dari golongan intelektual melalui jalan dagang yang lajim dilalui para pelancong dengan menumpang kapal dagang. Setelah sampai di Indonesia, mereka kemudian diundang untuk memberi suatu sinar kehinduan pada masyarakat Indonesia. Setelah orang Indonesia ini masuk agama Hindu- Budha kemudian mereka sendiri belajar ke India lalu kembali pulang dan aktif menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia.

  Hasil Akulturasi kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Asli Indonesia
Hasil kebudayaan akulturasi tersebut terlihat dari beberapa aspek, yaitu :
1.      Bidang Sosial
Tingkatan Sistem Kasta
Setelah masuknya Hindu-Budha terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia, yang tadinya sistem pembagian kerja yang mengadopsi sistem sosial masyarakat zaman prasejarah, berubah menjadi pembagian masyarakat atau sistem kasta. Sistem kasta ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a.       Kasta Brahmana terdiri atas para Brahmana/pendeta.
b.      Kasta Ksatria terdiri atas para bangsawan (kepala (Raja) dan anggota lembaga pemerintahan) serta prajurit.
c.       Kasta Waisya terdiri atas para pedagang dan petani.
d.      Kasta Sudra terdiri atas para pekerja atau budak.
2.      Bidang Ekonomi
Dalam hal ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia, disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia.
1.      Bidang Pemerintah
Masuknya Hindu-Buddha terjadi juga perubahan dalam sistem pemerintahan, yang tadinya sistem Primus Interpares, yang dipimpin oleh seorang kepala suku atau orang yang dituakan dalam kelompok masyarakat tertentu, berubah menjadi sistem Kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja, yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturunan dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja, sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun-temurun serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku (Primus Interpares).
1.      Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Buddha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun, dengan masuknya Hindu-Buddha sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis. Adapun bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia.
2.      Bidang Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memilih kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Buddha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Buddha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli, seperti pemujaan terhadap roh nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkretisme yaitu penyatuan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme, dalam keagamaan Hindu-Budhha.
3.      Seni dan Budaya
Pengaruh kesenian India terhadap perkembangan kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang :
Seni Bangunan
Seni bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia pada bangunan Candi. Candi Hindu maupun Buddha yang ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dengan bangsa India. Pola dasar candi merupakan perkembangan dari zaman Prasejarah tradisi Megalitikum, yaitu punden berundak yang mendapat pengaruhHindu-Buddha, seperti Candi Borobudur. 
Candi Borobudur merupakan tipe punden berundak asli Indonesia yang mendapat pengaruh budaya Hindu-Buddha
Seni Sastra
Pada periode awal di Jawa Tengah terdapat pengaruh sastra Hindu yang cukup kuat. Pada periode tengah, bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India, contohnya : Kitab Bharatayudha, Mahabharata, dan Ramayana.
 Seni Rupa
Seni rupa dapat berupa patung dan relief. Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Buddha berlanggam Gandara di Bangun Kutai, serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi, seperti relief Candi Borobudur yang mengisahkan tentang riwayat sang Buddha serta suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia, karena lukisan seperti itu tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang ada di India.
Relief pada dinding Candi Borobudur yang menceritakan tentang Riwayat sang Buddha
Relief pada dinding Candi Borobudur yang menggambarkan tentang Perahu Bercadik